Selasa, 29 Maret 2011

Asal Usul Kota Rembang Beserta Budayanya


1.Pengantar


   Pada mulanya asal nama Kabupaten Rembang berasal dari penuturan cerita secara turun menurun dan ditulis oleh “Mbah Guru” disebut bahwa nama Rembang berasal dari Ngrembang yang berarti membabat tebu. Dari kata Ngrembang inilah dijadikan nama kota Rembang hingga saat ini.

   Munculnya Pemerintahan Kabupaten Rembang pada masa Kolonial Belanda berkaitan erat sebagai akibat dari perang Pacinan. Terjadinya perang Pacinan pada waktu itu akibat dari peraturan dan tindakan sewenang - wenang dari orang Belanda (VOC) di Batavia pada tahun 1741 yang kemudian meluas hampir keseluruh Jawa termasuk Jawa Tengah.
   Pada tahun 1741 pertempuran meletus di Rembang di bawah pimpinan Pajang. Pada waktu itu kota Rembang dikepung selama satu bulan dan Garnisun kompeni yang ada di kota Rembang tidak mampu menghadapi pemberontak . Rakyat Rembang di bawah pemerintahan Anggajaya dengan semboyan perang suci dengan perlawanan luar biasa akhirnya dapat menghancurkan Garnisun Kompeni.
   Sehingga pada tanggal 27 Juli 1741 ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Rembang. Dengan Suryo Sengkala "Sudiro Akaryo Kaswareng Jagad”" atau disebut “Keberanian Membuat Termasyur di Dunia”.

2.Isi/Pembahasan


Wisata

   Ada beberapa lokasi wisata yang terdapat di Kabupaten Rembang, letaknya tersebar di berbagai lokasi dan dapat dinikmati sesuai dengan minat pengunjung :
a) Wisata Peninggalan Pra Sejarah : Situs Plawangan, Megalitikum Terjan
b) Wisata Kartini : Museum Kartini, Makam Kartini
c) Wisata Pantai & Pulau : Pantai Kartini, Pantai Binangun, Pantai Pasir Putih, Pantai Soka Pulau Gede & Pulau Marongan
d) Wisata Agama : Masjid Agung Rembang, Makam Sunan Bonang Petilasan Sunan Bonang Klentheng Tjoe Hwei Kiong Klentheng Dasun Vihara Ratanavana Arama
e) Wisata Hutan & Gua : Gua Pasucen Embung "Banyu Kuwung" , Hutan Wisata Sumber Semen Hutan Wisata Mantingan.





Budaya


   Masyarakat di Kabupaten Rembang memiliki beraneka ragam budaya daerah, mulai dari budaya daerah yang bernuansa keagamaan hingga budaya daerah yang bernuansa adat-istiadat, Budaya masyarakat banyak dipengaruhi nuansa keagamaan / kepercayaan dan adat-istiadat setempat. Event-event budaya di Kabupaten Rembang, antara lain:

a) Acara Syawalan / Lomban 
   Diselenggarakan setiap tanggal 5,6,7 dan 8 Syawal bertempat dilokasi Obyek Wisata Taman Rekreasi Pantai Kartini. Acara kegiatan ini dimeriahkan dengan hiburan orkes melayu, hiburan anak-anak, dan kesenian tradisional.
b) Penjamasan Bende Becak
   Benda pusaka Sunan Bonang berupa "bende" yang diberi nama "Bende Becak" berukuran garis tengah 10 cm. Zaman dahulu bende ini berfungsi sebagai alat mengumpulkan para wali atau sebagai tanda pemberitahuan akan terjadinya sesuatu peperangan/musibah. Setiap tanggal 10 Dzulhijjah (Hari Raya Idul Adha) pukul 09.00 WIB diadakan upacara penjamasan di rumah juru kunci makam Sunan Bonang. Pada upaca ini dibagi-bagikan ketan kuning serta memperebutkan air bekas penjamasan Bende Becak.




Kesenian Daerah


   Kesenian daerah dapat meramaikan dan memperkaya hiburan dalam wujud seni tari, seni musik, seni bela diri dan seni olah raga lainnya. 
Thong-Thongklek : Thong-Thongklek merupakan musik pengantar makan sahur, yang dilaksanakan dengan berkeliling kampung. Menjelang akhir bulan Puasa diadakan lomba Thong-Thongklek yang diikuti olehi berbagai group di Kabupaten Rembang dengan klasifikasi tradisonal dan elektrik. Lomba dilaksanakan melalui dua tahap penilaian, yaitu show secara berkeliling dengan rute yang telah ditetapkan, dan show di atas pentas.

   Selain kesenian diatas masih banyak lagi kesenian daerah yang terdapat di Rembang antara lain: Ketoprak, Emprak, Orek-orek, Pathol, Barongan, Tayub, dan masih banyak lagi.





Makanan khas


   Rembang mempunyai berbagai makanan khas, secara umum bahan bakunya berasal dari hasil produksi lingkungan alam setempat, dibawah ini beberapa contoh makanan khas dari Rembang :

a) Sate Sarepeh 
sate ayam kampung yang diolah dengan bumbu yang terdiri dari cabe merah, gula merah, santan dan garam. merupakan lauk pauk yang biasanya dirangkai dengan lontong.
b) Mangut
Ikan laut segar yang dipanggang dengan bumbu-bumbu cabe hijau, bawang merah, bawang putih, garam dan santan kental. Sebagai lauk untuk makan siang atau malam dalam menu sehari-hari
c) Sayur Merica
bahan dasarnya ikan laut segar dengan bumbu cabe, merica, bawang merah, bawang putih, kunyit, garam dan air.
d) Lontong Tuyuhan
 lontong dengan opor ayam kampung pedas khas desa Tuyuhan (Kecamatan Pancur),biasanya sekitar jam 15.00 WIB sudah dijual dilokasi desa Tuyuhan di sepanjang pinggir jalan.
e) Dumbeg
dibuat dari tepung beras, gula pasir atau gula aren dan ditambahkan garam, air pohon nira (legen), dan kalau suka ditaburi buah nangka atau kelapa muda yang dipotong sebesar dadu. Kemudian tempatnya dari daun lontar (pohon nira) berbentuk kerucut dengan bau yang khas.
f) Kaoya Dudul
terbuat dari beras ketan, kacang hijau, gula aren atau gula pasir dan garam. Tempatnya dari daun lontar berlubang bulat kecil. Rasanya sangat manis dan gurih.
g) Gula Semut
terbuat dari pohon nira (legen) dengan proses pemanasan, sehingga hasilnya seperti gula pasir atau gula halus yang berwarna coklat.


Adat Istiadat dan Keunikannya

a) Sedekah Bumi dan Sedekah Laut
    Merupakan budaya yang unik, kemungkinan hanya ada di Jawa Tengah yang diantaranya ada di daaerah Rembang. Sedekah bumi diadakan didaerah-daerah yang penduduknya hidup bergantung dari pertanian dan sedekah laut diadakan dibeberapa daerah pesisir yang penduduknya menggantungkan diri dari hasil laut.
    Keunikan dari sedekah bumi ini karena diadakan setiap tahun, sudah merupakan tradisi. Para penduduk desa rela bergotong royong iuran untuk menghadirkan beberapa tontonan gratis bagi masyarakat sekitar. Bahkan pernah ada sebuah desa yang selama tiga hari berturut-turut  membiayai tontonan-tontonan menarik, seperti dangdut, tontonan budaya khas Jawa Ketoprak dan Wayang Kulit. Suasana desa sangat ramai selama tiga hari siang dan malam, penuh dengan bakul dan pengunjung hiburan. 
   Selain itu disiang hari banyak perlombaan, ada perlombaan naik Jambe (sebatang pohong bambu yang tinggi yang diberi oli dengan hadiah-hadiah menarik diatasnya) disetiap RT, lomba tarik tambang, balap karung, bawa di mulut kelereng dengan sendok dan makan krupuk. Bisa dibayangkan meriahnya acara sedekan bumi ini selama tiga hari tiga malam penuh dengan acara.
    Sedekah bumi dan sedekah laut sebenarnya mempuyai sejarah, pada awalnya merupakan pesta tasyakuran masyarakat atas kerja mereka dari hasil bumi dan hasil laut selama setahun. Kemudian mereka mengadakan kondangan (makan bersama), mereka juga menjamu setiap tamu yang hadir dari luar desa dengan makanan dan tontonan budaya. Sebagian besar Desa di daerah Rembang masih mempunyai tradisi sedekah bumi dan sedekah laut. 
    Selain suguhan tontonan para penduduk juga menjamu para tamu dari daerah luar desanya yang mampir ke rumahnya. Tamu yang mampir pasti akan disuguhi dengan makanan berlauk ikan laut. Tradisi menjamu tamu seperti suatu kehormatan dan kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Para pengunjung juga dapat menikmati keindahan laut dengan berlayar, bahkan biasanya pemilik kapal (juragan) memenuhi kapalnya dengan berbagai makanan untuk dinikmati pengunjung, semua gratis tanpa dipungut biaya. Tradisi sedekah bumi dan sedekah laut memang seperti pemborosan, tetapi tradisi ini sudah menjadi acara tahunan yang tidak pernah ditinggalkan oleh masyarakat Rembang.
    Tradisi sedekah laut dan sedekah bumi tidak hanya di Rembang, di sebagian besar daerah laut utara dan selatan juga ada tradiri tersebut. Walau zaman terus berubah sedekah bumi dan sedekah laut masih dipertahankan oleh masyarakat Jawa sebagai tradisi warisan nenek moyang.
b) tradisi ngalungi panen raya
   Tradisi ngalungi setelah panen raya dilakukan Sebagai wujud rasa syukur petani khususnya pemilik ternak menghormati keberadaan sapi yang telah berjasa membantu petani mengolah lahan pertanian, khususnya dalam membajak sawah dan memanfaatkan kotorannya  sebagai pupuk. Tradisi ini sebagai perwujudan rasa syukur kepada sang pencipta. Tradisi ngalungi dilakukan dengan mborehi atau mengusap sapi dengan bunga. Dilanjutkan tradisi ngalungi di rumah dengan membagi-bagikan makanan seperti kupat serta lepet kepada tetangga. 
c) Larung Sesaji
   Pawai budaya dan larung sesaji berisi kepala kambing  yang mewarnai tradisi Kupatan dan sedekah laut di Perairan Rembang. Pawai budaya dimulai dari depan tempat pelelangan ikan Desa Tasikagung, Kecamatan Rembang kota pukul 08.30 WIB, sedangkan larung sesaji sekitar pukul 10.00 WIB setelah pawai tersebut.
   Usai pawai budaya, sesaji yang berisi antara lain kepala kambing, tumpeng, kembang tiga rupa, dan rantang makanan, dilarung ke laut. Kepala kambing yang dilarung harus dari kambing jantan. Dipilihnya kambing untuk larung sesaji, karena hewan tersebut merupakan simbol cita-cita dari nelayan setempat agar mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Masyarakat setempat meyakini bahwa usai larung sesaji hasil tangkapan ikan akan melimpah.


Budaya membatik

   Selain itu, di daerah rembang sebelah timur yakni Lasem menyimpan ragam jenis kerajinan rakyat, salah satunya kerajinan batik tulis khas pesisiran. Sampai-sampai orang luar negeri, terutama dari Jepang, Belanda, Inggris, dan Amerika terpikat kepada batik lasem. Biasanya batik identik dengan Solo dan Pekalongan. Padahal, selain kedua daerah tersebut masih ada daerah lain yang juga menghasilkan batik tulis yang tidak kalah indahnya, yaitu Lasem. Kota kecamatan di Kabupaten Rembang sekitar 12 kilometer arah timur kota Rembang ini luasnya 45,04 kilometer persegi dengan jumlah penduduk sekitar 44.879 orang (Litbang Kompas, 2003). Konon para pedagang Tionghoa perantauan yang berdatangan ke Lasem memberi pengaruh besar terhadap corak batik di daerah ini. Banyak yang kemudian menjadi pengusaha batik di kota ini.
    Batik produksi Lasem bercorak khas, terutama warna merahnya yang menyerupai warna merah darah ayam, yang konon tidak dapat ditiru oleh pembatik dari daerah lain. Kekhasan lain terletak pada coraknya yang merupakan gabungan pengaruh budaya Tionghoa, budaya lokal masyarakat pesisir utara, dan budaya keraton (Surakarta dan Yogyakarta). Ketika membuat desain untuk motif batik produksi mereka, para pengusaha pembatikan Lasem dipengaruhi budaya leluhur mereka seperti kepercayaan dan legendanya. Ragam hias burung hong dan binatang legendaris kilin (semacam singa) dan sebagainya mereka masukkan dalam motif batik produksi mereka. Bahkan, cerita percintaan klasik Tiongkok seperti Sam Pek Eng Tay pernah menjadi motif batik di daerah ini. Tidak mengherankan bila kemudian batik produksi Lasem sering disebut sebagai batik “Encim”. “Encim” adalah sebutan kaum Tionghoa peranakan untuk wanita yang usianya telah lanjut.S elain itu pengaruh budaya keraton Surakarta dan Yogyakarta juga terlihat pada motif batik lasem, antara lain pada ornamen kawung, parang dan sebagainya. Sementara pengaruh budaya pesisir terlihat pada warnanya yang cerah seperti warna merah, biru, kuning dan hijau.
   Sekali melihat batik lasem, pasti hati akan tertarik. Sebab, batik itu dibuat melalui proses yang cukup rumit, tanpa menggunakan mesin atau kecanggihan teknologi. Semuanya dikerjakan dengan tangan, sehingga memiliki nilai seni yang cukup tinggi. Proses pembuatannya melalui sembilan tahap. pertama, memotong kain yang disesuaikan dengan ukurannya. setelah itu, diberi pola (gambar), kemudian nerusi (penyempurnaan gambar), nembok (menutupi gambar dengan lilin), mewarnai, nglorot (membersihkan lilin), dan dijemur. setelah kering, kain batik itu dipress kemudia dikemas dan siap dijual.


Kesimpulan / saran



   Rembang adalah salah satu kota yang memiliki berbagai macam kebudayaan unik. ciri khasnya yang asli mampu menarik perhatian banyak orang termasuk kaum wisatawan, baik domestik maupun luar negeri. mulai dari wisata, budaya, kesenian daerah, makanan khas, adat istiadat, sampai dengan kerajinan batiknya yang khas mampu menjadikan kota Rembang yang merupakan  kota kecil menjadi kaya akan budaya & tradisi.
    oleh karena itu kita sebagai orang indonesia dan orang Rembang khususnya, harus mau menjaga budaya & tradisi milik kita sendiri. adalah tugas kita sebagai generasi penerus untuk selalu mempertahankan & menjaga warisan budaya di negeri kita.

Referensi:

Jumat, 18 Maret 2011

Model Konseptual Dorothea Orem

BAB I
PENDAHULUAN 
A.    LATAR BELAKANG
Teori keperawatan didefiniskan sebagai konseptualisasi beberapa aspek realitas keperawatan yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena, menjelaskan hubungan- hubungan antar fenomena, memprediksi risiko-risiko dan menetapkan asuhan keperawatan (Afaf Ibrahim Meleis, 1997).
Di dunia keperawatan banyak fenomena dan masalah yang terjadi yang sulit untuk dijelaskan dan diselesaikan. Namun, keperawatan memiliki teori-teori keperawatan yang bisa digunakan untuk menjelaskannya dan member solusi yang tepat untuk menyelesaikannya. Para ahli teori keperawatan mengemukakan berbagai solusi yang bisa diterapkan di berbagai lingkup keperawatan. Teori-teori tersebut terus dikembangkan sehingga akan lebih meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan keperawatan.
Salah satu ahli teori yang cukup terkenal dan teorinya banyak digunakan dalam tatanan pelayanan keperawatan adalah Dorothea Orem. Dalam teori self care-nya ia menganggap bahwa perawatan diri merupakan suatu kegiatan membentuk kemandirian individu yang akan meningkatkan taraf kesehatannya. Sehingga bila mengalami defisit, ia membutuhkan bantuan dari perawat untuk memperoleh kemandiriannya kembali. Teori ini merupakan suatu pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk meningkatkan kemampuan klien dalam merawat dirinya sendiri dan bukan menempatkan klien pada posisi bergantung karena self care merupakan perilaku yang dapat dipelajari.
Teori Dorothea Orem merupakan teori yang cukup menarik untuk dikaji dan dibahas karena termasuk teori yang cukup banyak digunakan dalam aplikasi praktik keperawatan dan penulis tertarik untuk menelaah teori ini, dimana ia hanya berfokus pada lingkup praktik keperawatan.


B.     TUJUAN PENULISAN
1.      Menjelaskan teori yang dikemukakan oleh Dorothea Orem meliputi : teori self care,teori self care deficit, teori nursing system.
2.      Untuk menganalisis teori yang dikemukakan oleh Dorothea Orem.
3.      Untuk memberikan masukan-masukan terhadap pengembangan teori Dorothea Orem.



  
BAB II
LANDASAN TEORI


A.    Latar Belakang Dorothea Orem
Dorothea Orem adalah salah seorang teoritis keperawatan terkemuka di Amerika. Dorothe Orem lahir di Baltimore, Maryland di tahun 1914. Ia memperoleh gelar sarjana keperawatan pada tahun 1939 dan Master Keperawatan pada tahun 1945. Selama karir profesionalnya, dia bekerja sebagai seorang staf keperawatan, perawat pribadi, perawat pendidik dan administrasi, serta perawat konsultan. Ia menerima gelar Doktor pada tahun 1976. Dorothea Orem adalah anggota subkomite kurikulum di Universitas Katolik. Ia mengakui kebutuhan untuk melanjutkan perkembangan konseptualisasi keperawatan. Ia pertama kali mempubilkasikan ide-idenya dalam “Keperawatan : Konsep praktik”, pada tahun 1971, yang kedua pada tahun 1980 dan yang terakhir di tahun 1995.

B.     Paradigma
1.         Person : Manusia memiliki kemampuan/kapasitas Refleksi diri & lingkungan serta berkreasi melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk dirinya.
2.         Health : Suatu keadaaan sehat secara psikologi, interpersonal dan sosial.
3.         Environment : Segala sesuatu yang berada di sekitar kita baik fisik, kimia, biologi dan social yang juga dapat mempengaruhi individu dalam memenuhi kebutuhan self care-nya secara optimal.
4.         Nursing : sebagai human service, dimana keperawatan difokuskan bagi mereka yang tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri secara terus menerus.

C.    Konsep keperawatan Dorothea Orem
Konsep keperawatan Orem mendasari peran perawat dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri klien untuk mencapai kemandirian dan kesehatan yang optimal. Orem mengembangkan tiga teori yang saling berhubungan yaitu teori “self care deficit, teori self care, dan teori nursing system(Tomey. Tiga teori tersebut berfokus pada peran manusia menyeimbangkan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya dengan merawat diri mereka sendiri.
1.      Teori Self Care Deficit
        Inti dari teori ini menggambarkan manusia sebagai penerima perawatan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan dirinya dan memiliki berbagai keterbatasan- keterbatasan dalam mencapai taraf kesehatannya. Perawatan yang diberikan didasarkan kepada tingkat ketergantungan; yaitu ketergantungan total atau parsial. Defisit perawatan diri menjelaskan hubungan antara kemampuan seseorang dalam bertindak/beraktivitas dengan tuntutan kebutuhan tentang perawatan diri. Sehingga bila tuntutan lebih besar dari kemampuan, maka ia akan mengalami penurunan/defisit perawatan diri.
2.      Teori Self Care
        Wang and Laffrey (2004, p. 123) menyatakan bahwa self care adalah fungsi regulasi manusia yang berdasarkan pada kemampuan individu untuk melakukan perawatan dirinya. Hal tersebut digambarkan dalam hubungan antara self care, self care agency dan therapeutic demand (tuntutan terapeutik).ketika klien tidak mampu melakukan perawatan diri, maka deficit perawatan diri terjadi dan perawat akan membantu klien untuk melakukan tugas perawatan dirinya.
Self care :
Self care adalah tindakan yang matang dan mematangkan orang lain yang mempunyai potensi untuk berkembang, atau mengembangkan kemampuan yang dimiliki agar dapat digunakan secara tepat, nyata dan valid untuk mempertahankan fungsi dan berkembang dengan stabil dalam perubahan lingkungan. Self care digunakan untuk mengontrol atau faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi aktivitas seseorang untuk menjalankan fungsinya dan berproses untuk mencapai kesejahteraannya.
Self care agency :
Agen Perawatan Sendiri adalah kekuatan individu yang berhubungan dengan perkiraan dan esennsial operasi-operasi produksi untuk perawatan mandiri. Ada 3 aspek yakni :
a.       Agen ( Orang yang mengambil tindakan).
b.      Self care agent ( Penyedia perawatan mandiri).
c.       Dependent care agent ( Penyelenggara perawatan yang tidak mandiri).
Therapeutic Self care demands :
Tuntutan perawatan diri harus seimbang dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk itu dilakukan upaya-upaya dengan cara menggunakan metode-metode untuk mengembalikan kemampuan tersebut.
Nursing Agency :
Merupakan upaya keperawatan untuk dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri individu dan mencapai kemandirian yang dapat dilakukan dengan cara : mengenali kebutuhannya, memenuhi kebutuhan, melatih kemampuannya.
Conditioning factor:
Merupakan kondisi atau situasi di sekitar individu yang dapat mempengaruhi individu dalam memenuhi kebutuhan self care-nya.
        Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas yang praktis dari seseorang dalam memelihara kesehatannya serta mempertahankan kehidupannya. Terjadi hubungan antar pembeli self care dengan penerima self care dalam hubungan terapi. Orem mengemukakan tiga kategori / persyaratan self care yaitu : persyaratan universal, persyaratan pengembangan dan persyaratan kesehatan.
Penekanan teori self care secara umum :
a.       Pemeliharaan intake udara.
b.      Pemeliharaan intake air.
c.       Pemeliharaan intake makanan.
d.      Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan eksresi.
e.       Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
f.       Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi social.
g.      Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan manusia.
h.      Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok social sesuai dengan potensinya.
3.      Nursing system
        Teori yang membahas bagaimana kebutuhan “Self Care” patien dapat dipenuhi oleh perawat, pasien atau keduanya. Nursing system ditentukan /direncanakan berdasarkan kebutuhan “Self Care” dan kemampuan pasien untuk menjalani aktifitas “Self Care”. Orem mengidentifikasikan klasifikasi Nursing System :
a.       The Wholly compensatory system
              Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh kepada pasien dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan keperawtan secara mandiri yang memerlukan bantuan dalam pergerakan, pengontrolan dan ambulasi, serta adanya manipulasi gerakan.
b.      The Partly compensantory system
              Merupakan system dalam memberikan perawatan diri secara sebagian saja dan ditujukan pada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal seperti pada pasien post op abdomen dimana pasien ini memiliki kemampuan seperti cuci tangan, gosok gigi, akan tetapi butuh pertolongan perawat dalam ambulasi dan melakukan perawatan luka.
c.       The supportive – Educative system
              Dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang memerlukannya untuk dipelajari, agar mampu melakukan perawatan mandiri.
Metode bantuan :
1.      Perawat membantu klien dengan menggunakan system dan melalui lima metode bantuan yang meliputi :
a)      Acting atau melakukan sesuatu untuk klien.
b)      Mengajarkan klien.
c)      Menagarahkan klien.
d)     Mensuport klien.
e)      Menyediakan lingkungan untuk klien agar dapat tumbuh dan berkembang.

D.    Keyakinan dan nilai – nilai Keyakianan Orem’s tentang empat konsep utama keperawatan adalah :
1.      Klien : individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus menerus memperthankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari sakit atau trauma atu koping dan efeknya.
2.      Sehat : kemampuan individu atau kelompoki memenuhi tuntutatn self care yang berperan untuk mempertahankan dan meningkatkan integritas structural fungsi dan perkembangan.
3.      Lingkungan : tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan keperluan self care dan perawat termasuk didalamnya tetapi tidak spesifik.
4.      Keperawatan : pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan kelompok masyarakat dalam mempertahankan self care yang mencakup integritas struktural, fungsi dan perkembangan.

E.     Tiga kategori self care
Model Orem’s menyebutkan ada beberapa kebutuhan self care / yang disebutkan sebagai keperluan self care ( self care requisite ), yaitu :
1.      Universal self care requisite
Keperluan self care universal badan pada setiap manusia dan berkaitan dengan fungsi kemanusiaan dan proses kehidupan, biasanya mengacu pada kebutuhan dasar manusia. Universal requisite yang dimaksudkan adalah :
a.       Pemeliaharaan kecukupan intake udara.
b.      Pemeliharaan kecukupan intake cairan.
c.       Pemeliaharaan kecukupan makanan.
d.      Pemeliaharaan keseimabnagn antara aktifitas dan istirahat.
e.       Mencegah ancaman kehidupan manusia, fungsi kemanusiaan dan kesejahteraan manusia.
f.       Persediaan asuhan yang berkaitan dengan proses- proses eliminasi.
g.      Meningkatkan fungsi human fungtioning dan perkembangan ke dalam kelompok sosial sesuai dengan potensi seseorang, keterbatasan seseorang dan keinginan seseorang untuk menjadi normal.
2.      Developmental self care requisite
        Terjadi berhubungn dengan tingkat perkembangn individu dan lingkunag dimana tempat mereka tinggal yang berkaitan dengan perubahan hidup sseseorang atau tingkat siklus kehidupan.
3.      Health deviation self care requisite
        Timbul karena kesehatan yang tidak sehat dan merupakan kebutuhan- kebutuhan yang menjadi nyata karena sakit atau ketidakmampuan yang menginginkan perubahan dalam prilaku self care.

F.     Hubungan Model Dengan Paradigma Keperawatan
1.      Manusia
Model Orem membahas dengan jelas individu dan berfokus pada diri dan perawatan diri. Namun demikian, seseorang dianggap paling ekslusif dalam kontek ini sedangkan kompleksitas perawatan manusia dan tindakan manusia tidak dipertimbangkan. Dalam hal ini, model tersebut berada dalam kategori yang didefinisikan sebagai paradigma total, bahwa manusia dianggap sebagai sejumlah kebutuhan perawatan diri.
2.      Lingkungan
Lingkungan juga dibahas dengan jelas dalam model ini. Namun, hal ini terutama dianggap sebagai situasi tempat terjadinya perawatan diri atau kurangnya perawatan diri.
3.      Sehat dan Sakit
Ide ini juga terdapat dalam model tersebut, namun dibahas dalam kaitannya dengan perawatan diri. Alasannya bahwa jika individu dalam keadaan sehat mereka dapat memenuhi sendiri deficit perawatan diri yang mereka alami. Sebaliknya jika mereka sakit atau cedera, orang tersebut bergeser dari status agens perawtan diri menjadi status pasien atau penerima asuhan. Penyamaan sehat dengan perawatan diri dalam hal ini berarti sehat sakit tidak dibahas dalam konsep yang berbeda. Akan timbul masalah disini jika orang yang sehat tidak dapat melakukan perawatan untuk dirinya sendiri.
4.      Keperawatan
Model ini membahas dengan cara yang jelas dan sistematik sifat dari keperawatan dan kerangka kerja untuk memberikan asuhan keperawatan. Harus diketahui bahwa hal tersebut ditampilkan dalam bentuk pendekatan mekanistik berdasarkan pendekatan supportif-edukatif, kompensasi partial, dan kompensasi total. Pendekatan tersebut merupakan pendekatan langsung yang dapat ditatalaksanakan.

G.    Tujuan
Tujuan keperawatan pada model Orem”s secara umum adalah :
1.      Menurunkan tuntutan self care pada tingkat dimana klien dapat memenuhinya, ini berarti menghilangkan self care deficit.
2.      Memungkinkan klien meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan self care.
3.      Memungkinkan orang yang berarti (bermakna) bagi klien untuk memberikan asuhan dependen jika self care tidak memungkinkan, oleh karenanya self care deficit apapun dihilangkan.
4.      Jika ketiganya diatas tidak tercapai perawat secara langsung dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan self care klien.
Tujuan keperawatan pada model Orem’s yang diterapkan kedalam praktek keperawatan keluarga/ komunitas adalah :
1.      Menolong klien, dalam hal ini keluarga untuk keperawatan mandiri secara terapeutik.
2.      Menolong klien bergerak kearah tindakan- tindakan asuhan mandiri.
3.      Membantu anggota keluarga untuk merawat anggota keluarganya yang mengalami gangguan secara kompeten.
4.      Dengan demikian maka focus asuhan keperawatan pada model orem’s yang diterapkan pada praktek keperawatan keluarga/ komunitas adalah:
a.       aspek interpersonal : hubungan didalam kelurga.
b.      aspek sosial : hubungan keluarga dengan masyarakat disekitarnya.
c.       aspek prosedural : melatih ketrampilan dasar keluarga sehingga mampu mengantisipasi perubahan yang terajdi.
d.      aspek tehnis : mengajarkan kepada keluarga tentang tehnik dasar yang dilakukan di rumah, misalnya melakukan tindakan kompres secara benar.



BAB III
APLIKASI KONSEP SELF CARE OREM DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN KASUS DIABETES MELLITUS


A.    Kasus
Keluarga Tn. H terdiri dari seorang ibu berusia 35 tahun, ayah berusia 38 tahun, dan 2 anak yang berusia 10 tahun dan 8 tahun. Anak yang berusia 10 tahun  menderita penyakit Asma. Pada saat kunjungan rumah perawat mendapatkan data  bahwa ibu sulit memenuhi therapeutic self care demand pada anak yang sakit dan merawat anak yang sehat dan tidak mampu melakukan perawatan yang selayaknya / seharusnya. Tn H berusaha untuk memenuhi kebutuhan yang seharusnya ,tetapi tidak mampu untuk memenuhi perawatan anggota  keluarganya. Ny. H memiliki pengalaman yang kurang dalam mempertahankan intake makanan yang adekuat, kemudian keseimbangan antara istirahat dan aktifitas, dan keseimbangan antara  solitude ( kesepian ) dan interaksi social. Hasilnya keluarga ini  tidak dapat memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Tn. H tidak dapat berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan dependen care anak – anaknya atau membantu istrinya untuk memenuhi self care. Fungsi keluarga ini mengalami gangguan karena situasi dependen care dan self care.

B.     Analisa
Faktor Personal
Nama : keluarga Tn H,  Usia : 38 th,  Sex : laki –laki,  Budaya : suku jawa,  status perkawinan : kawin,  agama : Islam,  pekerjaan : wiraswasta
Universal Self Care
Tempat tinggal : rumah sendiri dengan ukuran 5  x 13 m, kamar 2 ruang keadaan rumah cukup rapi  makanan : kurang dapat memberikan intake yang adekuat , ketidakseimbangan antara istirahat dan aktifitas. Sosialisasi : kurang berinteraksi dengan lingkungan.

Developmental Self Care
Keluarga dengan anak usia sekolah yang salah satunya menderita penyakit kronisTahap tumbuh kembang anak usia sekolah terganggu Peran sebagai orang tua terganggu dalam memenuhi kebutuhan anggota keluargaFungsi sosialisasi terganggu
Health Deviations
Merupakan keluarga yang tidak mampu merawat anak yang sakit asma.Keluarga ini tidak mampu memenuhi kebutuhan anak sakit seperti : nutrisi, istirahat, sosialisasi
Self Care Deficits
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

C.    Intervensi
Tujuannya adalah terpenuhinya kebutuhan seluruh anggota   keluarga seperti: nutrisi, istirahat dan aktifitas, sosialisasi dan meningkatnya kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

D.    Rencana Tindakan
Tingkatkan motivasi, pengetahuan dan ketrampilan keluarga  melalui:
1.      Manajemen nutrisi
2.      Monitoring aktifitas dan istirahat
3.      Monitoring social interaksi
4.      Manajemen koping keluarga
5.      Pendidikan kesehatan tentang penyakit asma: pengertian, penyebab/pencetus kekambuhan, penanganan saat kambuh di rumah.







BAB IV
KESIMPULAN


1.      Model Konseptual Orem adalah suatu model keperawatan yang menekankan pada kemampuan keluarga  untuk merawat dirinya sendiri secara mandiri sehingga tercapai kemampuan untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraannya. Menurut Orem bukanlah suatu proses intuisi tetapi merupakan suatu perilaku yang dapat dipelajari.
2.      Model Konseptual Orem mengembangkan Teori Self Care melalui 3 (tiga) teori yang berkaitan , yaitu : Self care, Self Care Deficit dan Nursing System. Ketiga teori ini dihubungkan oleh 6 (enam) konsep sentral yaitu : self care, self care agency, self care therapeutic demand, self care deficits, nursing agency dan nursing system serta di lengkapi dengan 1 (satu) konsep perifer yaitu basic conditioning factor ( factor kondisi dasar).
3.      Penerapan Teori Orem dalam proses keperawatan keluarga di lakukan melalui 3 (tiga) langkah yaitu pelaksanaan manajemen kasus, mendesain nursing system dan perencanaan untuk pemberian perawatan dan pengontrolan.
4.      Kekuatan yang paling utama dari teori Orem ini adalah pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga  dilakukan dengan efektif dan efisien karena terlebih dahulu melihat kemampuan self care yang dimiliki oleh keluarga tersebut.
5.      Sedangkan kelemahannya adalah perlu adanya pengetahuan dan teknologi keperawatan yang baik dan terstandarisasi guna pelaksanaan teori ini secara komprehensif dan holistik.