1.Pengantar
Pada mulanya asal nama Kabupaten Rembang berasal dari penuturan cerita secara turun menurun dan ditulis oleh “Mbah Guru” disebut bahwa nama Rembang berasal dari Ngrembang yang berarti membabat tebu. Dari kata Ngrembang inilah dijadikan nama kota Rembang hingga saat ini.
Munculnya Pemerintahan Kabupaten Rembang pada masa Kolonial Belanda berkaitan erat sebagai akibat dari perang Pacinan. Terjadinya perang Pacinan pada waktu itu akibat dari peraturan dan tindakan sewenang - wenang dari orang Belanda (VOC) di Batavia pada tahun 1741 yang kemudian meluas hampir keseluruh Jawa termasuk Jawa Tengah.
Pada tahun 1741 pertempuran meletus di Rembang di bawah pimpinan Pajang. Pada waktu itu kota Rembang dikepung selama satu bulan dan Garnisun kompeni yang ada di kota Rembang tidak mampu menghadapi pemberontak . Rakyat Rembang di bawah pemerintahan Anggajaya dengan semboyan perang suci dengan perlawanan luar biasa akhirnya dapat menghancurkan Garnisun Kompeni.
Sehingga pada tanggal 27 Juli 1741 ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Rembang. Dengan Suryo Sengkala "Sudiro Akaryo Kaswareng Jagad”" atau disebut “Keberanian Membuat Termasyur di Dunia”.
2.Isi/Pembahasan
Wisata
Ada beberapa lokasi wisata yang terdapat di Kabupaten Rembang, letaknya tersebar di berbagai lokasi dan dapat dinikmati sesuai dengan minat pengunjung :
a) Wisata Peninggalan Pra Sejarah : Situs Plawangan, Megalitikum Terjan
b) Wisata Kartini : Museum Kartini, Makam Kartini
c) Wisata Pantai & Pulau : Pantai Kartini, Pantai Binangun, Pantai Pasir Putih, Pantai Soka Pulau Gede & Pulau Marongan
d) Wisata Agama : Masjid Agung Rembang, Makam Sunan Bonang Petilasan Sunan Bonang Klentheng Tjoe Hwei Kiong Klentheng Dasun Vihara Ratanavana Arama
e) Wisata Hutan & Gua : Gua Pasucen Embung "Banyu Kuwung" , Hutan Wisata Sumber Semen Hutan Wisata Mantingan.
Budaya
Masyarakat di Kabupaten Rembang memiliki beraneka ragam budaya daerah, mulai dari budaya daerah yang bernuansa keagamaan hingga budaya daerah yang bernuansa adat-istiadat, Budaya masyarakat banyak dipengaruhi nuansa keagamaan / kepercayaan dan adat-istiadat setempat. Event-event budaya di Kabupaten Rembang, antara lain:
a) Acara Syawalan / Lomban
Diselenggarakan setiap tanggal 5,6,7 dan 8 Syawal bertempat dilokasi Obyek Wisata Taman Rekreasi Pantai Kartini. Acara kegiatan ini dimeriahkan dengan hiburan orkes melayu, hiburan anak-anak, dan kesenian tradisional.
Diselenggarakan setiap tanggal 5,6,7 dan 8 Syawal bertempat dilokasi Obyek Wisata Taman Rekreasi Pantai Kartini. Acara kegiatan ini dimeriahkan dengan hiburan orkes melayu, hiburan anak-anak, dan kesenian tradisional.
b) Penjamasan Bende Becak
Benda pusaka Sunan Bonang berupa "bende" yang diberi nama "Bende Becak" berukuran garis tengah 10 cm. Zaman dahulu bende ini berfungsi sebagai alat mengumpulkan para wali atau sebagai tanda pemberitahuan akan terjadinya sesuatu peperangan/musibah. Setiap tanggal 10 Dzulhijjah (Hari Raya Idul Adha) pukul 09.00 WIB diadakan upacara penjamasan di rumah juru kunci makam Sunan Bonang. Pada upaca ini dibagi-bagikan ketan kuning serta memperebutkan air bekas penjamasan Bende Becak.
Kesenian Daerah
Kesenian daerah dapat meramaikan dan memperkaya hiburan dalam wujud seni tari, seni musik, seni bela diri dan seni olah raga lainnya.
Thong-Thongklek : Thong-Thongklek merupakan musik pengantar makan sahur, yang dilaksanakan dengan berkeliling kampung. Menjelang akhir bulan Puasa diadakan lomba Thong-Thongklek yang diikuti olehi berbagai group di Kabupaten Rembang dengan klasifikasi tradisonal dan elektrik. Lomba dilaksanakan melalui dua tahap penilaian, yaitu show secara berkeliling dengan rute yang telah ditetapkan, dan show di atas pentas.
Thong-Thongklek : Thong-Thongklek merupakan musik pengantar makan sahur, yang dilaksanakan dengan berkeliling kampung. Menjelang akhir bulan Puasa diadakan lomba Thong-Thongklek yang diikuti olehi berbagai group di Kabupaten Rembang dengan klasifikasi tradisonal dan elektrik. Lomba dilaksanakan melalui dua tahap penilaian, yaitu show secara berkeliling dengan rute yang telah ditetapkan, dan show di atas pentas.
Selain kesenian diatas masih banyak lagi kesenian daerah yang terdapat di Rembang antara lain: Ketoprak, Emprak, Orek-orek, Pathol, Barongan, Tayub, dan masih banyak lagi.
Makanan khas
Rembang mempunyai berbagai makanan khas, secara umum bahan bakunya berasal dari hasil produksi lingkungan alam setempat, dibawah ini beberapa contoh makanan khas dari Rembang :
a) Sate Sarepeh
sate ayam kampung yang diolah dengan bumbu yang terdiri dari cabe merah, gula merah, santan dan garam. merupakan lauk pauk yang biasanya dirangkai dengan lontong.
sate ayam kampung yang diolah dengan bumbu yang terdiri dari cabe merah, gula merah, santan dan garam. merupakan lauk pauk yang biasanya dirangkai dengan lontong.
b) Mangut
Ikan laut segar yang dipanggang dengan bumbu-bumbu cabe hijau, bawang merah, bawang putih, garam dan santan kental. Sebagai lauk untuk makan siang atau malam dalam menu sehari-hari
c) Sayur Merica
bahan dasarnya ikan laut segar dengan bumbu cabe, merica, bawang merah, bawang putih, kunyit, garam dan air.
d) Lontong Tuyuhan
lontong dengan opor ayam kampung pedas khas desa Tuyuhan (Kecamatan Pancur),biasanya sekitar jam 15.00 WIB sudah dijual dilokasi desa Tuyuhan di sepanjang pinggir jalan.
e) Dumbeg
dibuat dari tepung beras, gula pasir atau gula aren dan ditambahkan garam, air pohon nira (legen), dan kalau suka ditaburi buah nangka atau kelapa muda yang dipotong sebesar dadu. Kemudian tempatnya dari daun lontar (pohon nira) berbentuk kerucut dengan bau yang khas.
f) Kaoya Dudul
terbuat dari beras ketan, kacang hijau, gula aren atau gula pasir dan garam. Tempatnya dari daun lontar berlubang bulat kecil. Rasanya sangat manis dan gurih.
g) Gula Semut
terbuat dari pohon nira (legen) dengan proses pemanasan, sehingga hasilnya seperti gula pasir atau gula halus yang berwarna coklat.
Adat Istiadat dan Keunikannya
a) Sedekah Bumi dan Sedekah Laut
Merupakan budaya yang unik, kemungkinan hanya ada di Jawa Tengah yang diantaranya ada di daaerah Rembang. Sedekah bumi diadakan didaerah-daerah yang penduduknya hidup bergantung dari pertanian dan sedekah laut diadakan dibeberapa daerah pesisir yang penduduknya menggantungkan diri dari hasil laut.Keunikan dari sedekah bumi ini karena diadakan setiap tahun, sudah merupakan tradisi. Para penduduk desa rela bergotong royong iuran untuk menghadirkan beberapa tontonan gratis bagi masyarakat sekitar. Bahkan pernah ada sebuah desa yang selama tiga hari berturut-turut membiayai tontonan-tontonan menarik, seperti dangdut, tontonan budaya khas Jawa Ketoprak dan Wayang Kulit. Suasana desa sangat ramai selama tiga hari siang dan malam, penuh dengan bakul dan pengunjung hiburan.
Selain itu disiang hari banyak perlombaan, ada perlombaan naik Jambe (sebatang pohong bambu yang tinggi yang diberi oli dengan hadiah-hadiah menarik diatasnya) disetiap RT, lomba tarik tambang, balap karung, bawa di mulut kelereng dengan sendok dan makan krupuk. Bisa dibayangkan meriahnya acara sedekan bumi ini selama tiga hari tiga malam penuh dengan acara.
Sedekah bumi dan sedekah laut sebenarnya mempuyai sejarah, pada awalnya merupakan pesta tasyakuran masyarakat atas kerja mereka dari hasil bumi dan hasil laut selama setahun. Kemudian mereka mengadakan kondangan (makan bersama), mereka juga menjamu setiap tamu yang hadir dari luar desa dengan makanan dan tontonan budaya. Sebagian besar Desa di daerah Rembang masih mempunyai tradisi sedekah bumi dan sedekah laut.
Selain suguhan tontonan para penduduk juga menjamu para tamu dari daerah luar desanya yang mampir ke rumahnya. Tamu yang mampir pasti akan disuguhi dengan makanan berlauk ikan laut. Tradisi menjamu tamu seperti suatu kehormatan dan kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Para pengunjung juga dapat menikmati keindahan laut dengan berlayar, bahkan biasanya pemilik kapal (juragan) memenuhi kapalnya dengan berbagai makanan untuk dinikmati pengunjung, semua gratis tanpa dipungut biaya. Tradisi sedekah bumi dan sedekah laut memang seperti pemborosan, tetapi tradisi ini sudah menjadi acara tahunan yang tidak pernah ditinggalkan oleh masyarakat Rembang.
Tradisi sedekah laut dan sedekah bumi tidak hanya di Rembang, di sebagian besar daerah laut utara dan selatan juga ada tradiri tersebut. Walau zaman terus berubah sedekah bumi dan sedekah laut masih dipertahankan oleh masyarakat Jawa sebagai tradisi warisan nenek moyang.
Tradisi sedekah laut dan sedekah bumi tidak hanya di Rembang, di sebagian besar daerah laut utara dan selatan juga ada tradiri tersebut. Walau zaman terus berubah sedekah bumi dan sedekah laut masih dipertahankan oleh masyarakat Jawa sebagai tradisi warisan nenek moyang.
b) tradisi ngalungi panen raya
Tradisi ngalungi setelah panen raya dilakukan Sebagai wujud rasa syukur petani khususnya pemilik ternak menghormati keberadaan sapi yang telah berjasa membantu petani mengolah lahan pertanian, khususnya dalam membajak sawah dan memanfaatkan kotorannya sebagai pupuk. Tradisi ini sebagai perwujudan rasa syukur kepada sang pencipta. Tradisi ngalungi dilakukan dengan mborehi atau mengusap sapi dengan bunga. Dilanjutkan tradisi ngalungi di rumah dengan membagi-bagikan makanan seperti kupat serta lepet kepada tetangga.
c) Larung Sesaji
Pawai budaya dan larung sesaji berisi kepala kambing yang mewarnai tradisi Kupatan dan sedekah laut di Perairan Rembang. Pawai budaya dimulai dari depan tempat pelelangan ikan Desa Tasikagung, Kecamatan Rembang kota pukul 08.30 WIB, sedangkan larung sesaji sekitar pukul 10.00 WIB setelah pawai tersebut.
Pawai budaya dan larung sesaji berisi kepala kambing yang mewarnai tradisi Kupatan dan sedekah laut di Perairan Rembang. Pawai budaya dimulai dari depan tempat pelelangan ikan Desa Tasikagung, Kecamatan Rembang kota pukul 08.30 WIB, sedangkan larung sesaji sekitar pukul 10.00 WIB setelah pawai tersebut.
Usai pawai budaya, sesaji yang berisi antara lain kepala kambing, tumpeng, kembang tiga rupa, dan rantang makanan, dilarung ke laut. Kepala kambing yang dilarung harus dari kambing jantan. Dipilihnya kambing untuk larung sesaji, karena hewan tersebut merupakan simbol cita-cita dari nelayan setempat agar mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Masyarakat setempat meyakini bahwa usai larung sesaji hasil tangkapan ikan akan melimpah.
Budaya membatik
Budaya membatik
Selain itu, di daerah rembang sebelah timur yakni Lasem menyimpan ragam jenis kerajinan rakyat, salah satunya kerajinan batik tulis khas pesisiran. Sampai-sampai orang luar negeri, terutama dari Jepang, Belanda, Inggris, dan Amerika terpikat kepada batik lasem. Biasanya batik identik dengan Solo dan Pekalongan. Padahal, selain kedua daerah tersebut masih ada daerah lain yang juga menghasilkan batik tulis yang tidak kalah indahnya, yaitu Lasem. Kota kecamatan di Kabupaten Rembang sekitar 12 kilometer arah timur kota Rembang ini luasnya 45,04 kilometer persegi dengan jumlah penduduk sekitar 44.879 orang (Litbang Kompas, 2003). Konon para pedagang Tionghoa perantauan yang berdatangan ke Lasem memberi pengaruh besar terhadap corak batik di daerah ini. Banyak yang kemudian menjadi pengusaha batik di kota ini.
Batik produksi Lasem bercorak khas, terutama warna merahnya yang menyerupai warna merah darah ayam, yang konon tidak dapat ditiru oleh pembatik dari daerah lain. Kekhasan lain terletak pada coraknya yang merupakan gabungan pengaruh budaya Tionghoa, budaya lokal masyarakat pesisir utara, dan budaya keraton (Surakarta dan Yogyakarta). Ketika membuat desain untuk motif batik produksi mereka, para pengusaha pembatikan Lasem dipengaruhi budaya leluhur mereka seperti kepercayaan dan legendanya. Ragam hias burung hong dan binatang legendaris kilin (semacam singa) dan sebagainya mereka masukkan dalam motif batik produksi mereka. Bahkan, cerita percintaan klasik Tiongkok seperti Sam Pek Eng Tay pernah menjadi motif batik di daerah ini. Tidak mengherankan bila kemudian batik produksi Lasem sering disebut sebagai batik “Encim”. “Encim” adalah sebutan kaum Tionghoa peranakan untuk wanita yang usianya telah lanjut.S elain itu pengaruh budaya keraton Surakarta dan Yogyakarta juga terlihat pada motif batik lasem, antara lain pada ornamen kawung, parang dan sebagainya. Sementara pengaruh budaya pesisir terlihat pada warnanya yang cerah seperti warna merah, biru, kuning dan hijau.
Sekali melihat batik lasem, pasti hati akan tertarik. Sebab, batik itu dibuat melalui proses yang cukup rumit, tanpa menggunakan mesin atau kecanggihan teknologi. Semuanya dikerjakan dengan tangan, sehingga memiliki nilai seni yang cukup tinggi. Proses pembuatannya melalui sembilan tahap. pertama, memotong kain yang disesuaikan dengan ukurannya. setelah itu, diberi pola (gambar), kemudian nerusi (penyempurnaan gambar), nembok (menutupi gambar dengan lilin), mewarnai, nglorot (membersihkan lilin), dan dijemur. setelah kering, kain batik itu dipress kemudia dikemas dan siap dijual.
Batik produksi Lasem bercorak khas, terutama warna merahnya yang menyerupai warna merah darah ayam, yang konon tidak dapat ditiru oleh pembatik dari daerah lain. Kekhasan lain terletak pada coraknya yang merupakan gabungan pengaruh budaya Tionghoa, budaya lokal masyarakat pesisir utara, dan budaya keraton (Surakarta dan Yogyakarta). Ketika membuat desain untuk motif batik produksi mereka, para pengusaha pembatikan Lasem dipengaruhi budaya leluhur mereka seperti kepercayaan dan legendanya. Ragam hias burung hong dan binatang legendaris kilin (semacam singa) dan sebagainya mereka masukkan dalam motif batik produksi mereka. Bahkan, cerita percintaan klasik Tiongkok seperti Sam Pek Eng Tay pernah menjadi motif batik di daerah ini. Tidak mengherankan bila kemudian batik produksi Lasem sering disebut sebagai batik “Encim”. “Encim” adalah sebutan kaum Tionghoa peranakan untuk wanita yang usianya telah lanjut.S elain itu pengaruh budaya keraton Surakarta dan Yogyakarta juga terlihat pada motif batik lasem, antara lain pada ornamen kawung, parang dan sebagainya. Sementara pengaruh budaya pesisir terlihat pada warnanya yang cerah seperti warna merah, biru, kuning dan hijau.
Sekali melihat batik lasem, pasti hati akan tertarik. Sebab, batik itu dibuat melalui proses yang cukup rumit, tanpa menggunakan mesin atau kecanggihan teknologi. Semuanya dikerjakan dengan tangan, sehingga memiliki nilai seni yang cukup tinggi. Proses pembuatannya melalui sembilan tahap. pertama, memotong kain yang disesuaikan dengan ukurannya. setelah itu, diberi pola (gambar), kemudian nerusi (penyempurnaan gambar), nembok (menutupi gambar dengan lilin), mewarnai, nglorot (membersihkan lilin), dan dijemur. setelah kering, kain batik itu dipress kemudia dikemas dan siap dijual.
Kesimpulan / saran
Rembang adalah salah satu kota yang memiliki berbagai macam kebudayaan unik. ciri khasnya yang asli mampu menarik perhatian banyak orang termasuk kaum wisatawan, baik domestik maupun luar negeri. mulai dari wisata, budaya, kesenian daerah, makanan khas, adat istiadat, sampai dengan kerajinan batiknya yang khas mampu menjadikan kota Rembang yang merupakan kota kecil menjadi kaya akan budaya & tradisi.
oleh karena itu kita sebagai orang indonesia dan orang Rembang khususnya, harus mau menjaga budaya & tradisi milik kita sendiri. adalah tugas kita sebagai generasi penerus untuk selalu mempertahankan & menjaga warisan budaya di negeri kita.
Referensi: